Sebenarnya postingan kali ini sesuai yang saya janjikan seharusnya masih membahas seputar ayat 1000 dinar. Namun rasa-rasanya sebelum membahas lebih jauh mengenai antara keterkaitan antara taqwa dan kerezekian ada baiknya kita membahas lebih dulu mengenai hakikat rezeki itu sendiri. Karena siapa tahu ada yang keliru dalam memahami soal rezeki dalam Islam sehingga mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak ada dalam Islam. Hal itu bisa menjadi takhayul dan khurafat dalam benak kita sebagai hamba Allah. Takhayul dan khurafat ini haruslah dibersihkan terlebih dahulu.
Takhayul Rezeki-Cuba terangkan kepada saya.. Apa hubungannya antara cermin pecah dengan nasib seseorang?Mungkin banyak dari anda akan berkata : tidak ada hubungannya..
Tapi coba anda mampir ke Inggris. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh The Betway Group, Pada tahun 2012 ada lebih dari sembilan juta orang di Inggris yang percaya bahwa jika anda memecahkan cermin kaca, maka anda akan sial selama tujuh tahun. Dan ada lebih dari 10 juta orang yang tidak ingin berjalan di bawah tangga karena takut bernasib .
Jika anda berkunjung ke Korea Selatan maka anda akan kesulitan menemukan panel tombol lantai nomor 4 dan 13 di dalam lift hotel-hotel paling internasional sekalipun. Di Korea anda pun akan jarang melihat orang yang memotong kuku pada malam hari. Konon katanya jika kita memotong kuku di malam hari, tikus akan memakan potongan kuku kita, dan mereka akan dapat berubah menjadi manusia, mengambil formulir, bahkan mencuri jiwa kita.Jika anda mempercayai hal-hal tersebut di Indonesia, mungkin anda akan ditertawakan karena percaya kepada takhayul yang tak masuk akal. Walaupun Indonesia sendiri termasuk negeri dengan segudang takhayul.
Ngobrol tentang takhayul, sebenarnya ada pula takhayul dalam perihal rezeki. Takhayul ini berkembang dalam benak kaum muslim dan mengkaburkan akan kebenaran tentang masalah rezeki dalam Islam. Sebenarnya bagaimana Islam bicara tentang rezeki? Benarkah rezeki sudah ditentukan? Benarkah rezeki itu Allah yang mengatur? Apa saja rezeki yang diatur oleh Allah?Melalui postingan kali ini, kita akan sedikit membahas mengenai hakikat rezeki dalam Islam. Bagaimana sesungguhnya penjelasan mengenai hakikat rezeki dalam Al-Qur’an.
Rezeki Ada Di Tangan Allah
Umat Islam sangat familiar dengan istilah “Rezeki ada di tangan Allah.” Namun zaman sekarang sangat nampak bahwa pemikiran “Rezeki di tangan Allah” telah mengalami pergeseran sehingga kehilangan maknanya. Pemikiran tersebut menjadi kosong dan bahkan tidak menjadi keyakinan bagi kebanyakan umat Islam saat ini. Dengan hilangnya makna pemikiran tersebut, kemudian berkembang khurafat dan takhayul dalam benak sebagian umat Islam. Pemikiran khurafat dan takhayul itu, antara lain :
Rizki tergantung pada usaha manusia, sehingga usaha manusialah yang menentukan rizki.
Rizki itu tergantung pada akal dan kedudukan, sehingga siapa yang lebih pandai, maka sudah pasti rizkinya akan lebih banyak, demikian juga seorang atasan lebih banyak rizkinya dibanding bawahan.
Rizki adalah materi yang dapat dihitung secara matematika, sehingga ketika jumlahnya berkurang, di satu sisi jumlah pembaginya bertambah, maka rizkinya akan berkurang.
Itulah pemikiran khurafat dan takhayul yang berkembang dalam benak kaum muslimin saat ini. Akibatnya, umat Islam saat ini menjadi umat yang materialistik dan cenderung menjadi orang yang bakhil, takut menentang kezaliman dan tidak berani amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir akan kehilangan kedudukan dan hartanya. Jika mencari ilmu, belajar atau yang lain, juga tidak bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan menjadi muslim yang taat serta bermanfaat, namun hanya semata-mata untuk meraih kenikmatan materi. Karena itu, ketika tujuannya telah tercapai, proses belajarnya akan berhenti. Sebab semuanya telah tercapai. Inilah pemikiran-pemikiran khurafat dan takhayul yang berkembang di benak sebagian besar kaum muslimin. Semuanya ini adalah debu-debu kotor yang harus dibersihkan dari benak mereka, sehingga makna pemikiran “rizki di tangan Allah SWT.” tersebut benar-benar jernih dan cemerlang.
Hakikat Rezeki Dalam Islam-Mengenai hakikat rizki harus difahami berdasarkan realitas makna lafaz dan syara’nya, baik yang diambil berdasarkan pengertian bahasa maupun syara’. Lafadz ar-Rizq, dalam bahasa Arab berasal dari Razaqa-Yarzuqu-Rizq yang berarti: A’tha-Yu’thiI’tha’ (pemberian).
Jadi, secara etimologis ar-Rizq berarti pemberian.
Adapun menurut terminologis/istilah,”rizki adalah Apa saja yang bisa dikuasai (diperoleh) oleh makhluk, baik yang bisa dimanfaatkan atau tidak.”
Definisi “Apa saja yang bisa dikuasai (diperoleh)” meliputi semua bentuk rizki;
Halal & Haram
Positif & Negatif
Sehat & Sakit
Cerdas & Tidak cerdas
Cantik & Jelek, dan sebagainya
Semuanya merupakan rizki.
PERHATIAN: Pihak kami tidak akan bertanggungjawab langsung ke atas komen-komen yang diberikan oleh pembaca kami. Sila pastikan anda berfikir panjang terlebih dahulu sebelum menulis komen anda disini. Pihak kami juga tidak mampu untuk memantau kesemua komen yang ditulis disini. Segala komen adalah hak dan tanggungjawab anda sendiri dan ini adalah sekadar perkongsian sahaja.Ribuan Terima kasih diucapkan kerana sudi meluangkan masa anda kepada kami.OKTHXBYE
Semoga perkongsian ini memberi manfaat.